1. 0

    Add a comment



  2.   (Terinspirasi karena teringat cerita P Rosyid bertahun-tahun yang lalu )

      Megatruh: Kin, mbok ya kamu itu sedikit rajin gitu apa. 

      Kinanthi: Rajin tidur dari pagi ke pagi lagi kayak kamu gitu maksudnya. Halah Meg, kalo nasehati orang ya ngaca dulu gitu

    M:  Ngaca gimana. Aku kan memang kerja malam Kin, kuliah juga kebanyakan siang. Lha kamu tuh malah gak jelas, kuliah pagi gak masuk, tadi si Naya bilang pas kuliah siang sama aku, yang harusnya sama kamu juga. 

    K: Maksudku kamu itu lho, mbok ya ngaca dulu, bercermin..., kayaknya habis mandi sore tadi kamu lupa gak sisiran kan?

    M: Oh, ... 

    K: Tuh kan, kamu sendiri terlalu serius. Hidup itu dinikmati Meg. Sekali-sekali ikut ngeband sama aku. Jadi kru tukang bawa-bawa gitar sama cymbal gitu, nanti kan bisa masuk gratis ke kafe.

    M: Gak mau. Fokus kuliah

    K: Gayamu, fokus tapi punya sampingan.

    M: Ngelesi kan juga gak jauh-jauh dari pulpen dan kertas Kin. Mengasah otak biar tetap tajam. 

    K: Yeah-yeah, ... 

    M: Lha kamu, sudah ndak kuliah di bidang seni, tapi nge-band sana-sini. Mau kerja apa kamu nanti.

    K: Loh, jelas kan, aku kerja di bidang seni.

    M: Tapi kuliah kita kan nggak ada seni-seninya

    K: Fisika itu seni Meg

    M: ...

    K: Banyak seni di fisika. Seni menurunkan rumus, yang kalo ditulis di folio polos dan dijajar akan seperti batik yang bagus

    M: Nah, mulai deh

    K: Eit, masih belum. Banyak seni lain yang lebih seru.

    M: (Pasti ngaco)

    K: Seperti copy paste laporan atau makalah dengan sedikit modifikasi sana-sini. Nitip tanda tangan absen di kelas. Mencontek tanpa ketahuan.

    M: Tuh kan

    K: Hehehe

    M: Kayak gitu mau kerja apa nanti

    K: Lha kan sudah kubilang, aku mau ngeband

    M: Cuma itu?

    K: Emang kenapa? Apa salahnya dengan ngeband?

    M: Kin, Kin, mbokya gantungkan cita-cita itu setinggi langit. Bikin LBB gitu, karuan nanti bisa jadi franchise menyebar se-Indonesia, atau minimal se-jawa dulu. Jadi guru plus sampingan, atau dosen sekalian.

    K: Oh

    M: Ada apa? Kenapa memangnya?

    K: Aku juga gitu kok

    M: Gitu gimana?

    K: Menggantungkan cita-cita qetinggi langit

    M: Lha tapi tadi kamu bilang...

    K: Memang

    M: Eh

    K: Langitku bukan yang itu Meg

    M: Maksudmu?

    K: Langitku adalah langit yang berisi notasi musik, gitar, cymbal perunggu, sama piano.

    M: Trus buat apa kamu belajar fisika?

    K: Einstein itu pemain biola yang bagus

    M: Tapi dia tetap jadi fisikawan kan

    K: Lha kamu kalo misal jadi guru atau pengusaha LBB, atau dosen, apakah akan berarti otomatis jadi fisikawan? Atau sekedar business-man?

    M:...

    K: Kamu tahu Meg? Brian May, gitaris Queen, dia Doktor di bidang Fisika. 

    M: Baru tahu

    K: Dia bisa saja terus berkarir di musik. Dia sukses besar, tak perlu fisika pun dia sudah kaya raya. Tetapi dia tetap menggeluti fisika, dan setelah beberapa belas tahun akhirnya dia meraih Ph.D di astrophysics. Bagiku, dia fisikawan yang cinta fisika. Bukan yang menjadikan fisika sebagai tameng atau mungkin topeng dari bisnis. Brian May punya penghasilan dari bidang lain, dan menggeluti fisika dengan sepenuh hati.

    M: Uh, oh. Kamu bisa juga ngomong serius dan panjang gitu Kin

    K: Heh, Meg, dasar 

    M: Apa Kin? Lha kan memang jarang kamu ngomong dengan dedikasi kayak gitu

    K: Karena itu langitku Meg, itu langitku.
    0

    Add a comment

  3. It's from previous code, I use it to simulate even function.


    from pylab import *
    
    figure(3)
    n   = 39
    psi0= zeros(n) #
    psi = psi0     # 
    x   = linspace(0,1,n)
    V   = zeros(n)
    #V   = 39*pow(x,2)
    
    for i in arange(n):
        if i<n/2.:
            V[i]    = 73.
        else:
            V[i]    = 0.       
    
    psi0[0] = 1.
    psi0[1] = psi0[0] #for odd function, use another value, 
                      #but psi0[0] must be zero
    
    t   = 0
    dx  = 1./n
    E   = 1.
    dE  = .1
    err = .05
    while t< 771:
        #k   = 2*dx*dx*(E-V)
        for i in range (1,n-1):
            k   = 2*dx*dx*(E-V[i])
            psi[i+1]  = 2*psi0[i]-psi0[i-1]-k*psi0[i]
        psi0    = psi
        if abs(psi[n-1])<err:
            print E
            plot(x,psi)
        t   += 1
        E   += dE
    
    xlabel('x')
    ylabel('psi')
    title('Fungsi Gelombang')
    grid(True)
    savefig("shooting.png")
    
    figure(2)
    plot(x,V)
    
    xlabel('x')
    ylabel('V')
    title('Potensial')
    grid(True)
    
    show()
    
    
    
    
    .
    Here's some result with different potential V









    0

    Add a comment

  4.  Using Pylab module

     Unlike the code before, only chosen energy with psi=0 on both end is plotted.

    from pylab import *
    
    n   = 59
    psi0= zeros(n)
    psi = psi0
    x   = linspace(0,1,n)
    
    psi0[0]  = 1.
    
    plot(x,psi)
    
    t   = 0
    dx  = 1./16.
    E   = 0.
    dE  = .2
    V   = 0.
    while t< 1337:
        t   += 1
        E   += .01
        k   = 2*dx*dx*(E-V)
        for i in range (1,n-1):
            psi[i+1]  = 2*psi0[i]-psi0[i-1]-k*psi0[i]
        
        #psi[2:]   = 2*psi0[1:-1]-psi0[:-2]-k*psi0[1:-1]
        psi0    = psi
        #print psi[n-1]
        if abs(psi[n-1])<=dE:
            #pass
            print E
            plot(x,psi)
    
    
    xlabel('x')
    ylabel('psi')
    title(':)')
    grid(True)
    savefig("els.png")
    show()
    
    
    
    .

    0

    Add a comment

  5. 0

    Add a comment


  6.  M : Hari ini capek Kin

     K : Tumben Meg?

     M : Eh, capek kok tumben

     K : Lha ya itu, kamu kan cuma makan tidur tok, kuliah juga jarang, kok bisa sampai capek?

     M : Dasar... Ni klenger habis berhari-hari ngerawat temen satu kost yang sakit

     K : Wow, sejak kapan kamu perhatian sama orang?

     M : Kayaknya kena gejala tipes

     K : Keren, sejak kapan kamu jadi bisa diagnosa kayak dokter gitu?

     M : Harus belikan dia makan dan memastikan dia menghabiskan

     K : Wah, harus traktiran nih, padahal kamu ngerawat diri sendiri saja tidak bisa

     M : Kamu itu Kin, ada teman kerepotan gini malah ndak simpati sama sekali

     K : Ups, jadi kamu repot ya, sori ganggu, eh , tapi tunggu, bukannya kamu yang tadi cerita duluan Meg, walah.

     M : Huh, tak tidur aja, repot curhat sama kamu

     K : Hei, tunggu Meg, memangnya kamu gak telpon atau sms atau WA keluarganya gitu?

    M : Iya sih, tapi dia yang gak mau kalo keluarganya ke sini

    K : Lha kenapa? Kan lebih bagus kalo dirawat keluarganya, daripada dirawat orang gak jelas kayak kamu.

    M : Gak boleh ke sini sama dia. Dia gak mau ngerepotkan keluarganya.

    K : Wow, keren sekali prinsipnya. Mirip sama prinsipku.

    M : Eh, tumben kamu pake prinsip-prinsipan segala, memang punya?

    K : Jelas punya lah, sudah kutetapkan sejak 7¾ detik yang lalu

    M : Sudah kuduga

    K : Gak pengin tahu?

    M : Gak

    K : Tanya dong

    M : (ambil napas panjang), ok, apa?

    K : RAHASIA...

    M : (Lempar sandal)

    K : (tangkap sandal), Ya ampun Meg, sampai sendal pun beda warna, itu kan style-ku. Kamu benar-benar repot ya. Benar-benar bagus prinsipku yang baru ini berarti.

    M : Memangnya apa sih?

    K : Prinsipku? Daripada menyusahkan KELUARGA, lebih baik menyusahkan TEMAN DEKAT.

    M : (lempar sandal satunya)

    K : (tangkap sandal) makasih, kupinjam dulu, beli lalapan, hm..., pink sama hijau, kesukaanku.
    0

    Add a comment

  7. 0

    Add a comment

  8. It's the base code I wrote using Python, still need improvement to get energy level or even what energy allowed in the system.

    from pylab import *
    
    n   = 19
    psi0= zeros(n)
    psi = psi0
    x   = linspace(0,1,n)
    
    psi0[0]  = 1.
    
    plot(x,psi)
    
    t   = 0
    dx  = 1./8.
    E   = .1
    V   = 0.
    while t< 27:
        t   += 1
        E   += .2
        k   = 2*dx*dx*(E-V)
        for i in range (1,n-1):
            psi[i+1]  = 2*psi0[i]-psi0[i-1]-k*psi0[i]
        
        psi0    = psi
    
        plot(x,psi)
    
    
    xlabel('x')
    ylabel('psi')
    title(':)')
    grid(True)
    savefig("els.png")
    show()
    
    
    
    .

    0

    Add a comment



  9.  Ngapain repot-repot bikin adonan biang kalo gak bikin roti?

     Ehm, itu dua hal.

     Bikin sourdough starter tidak repot, cukup campur tepung dan air. Biarkan semalam, tambah lagi tepung dan air, biarkan lagi semalam, ..., dst. Lactobaccilus dan Saccharomyces akan bekerja otomatis dan dalam seminggu jadilah adonan biang siap pakai dan siap rawat.

     Lah, gimana merawatnya? Pakai setengah adonan dan tambahkan lagi tepung dan air. 

     Berarti harus bikin roti tiap hari?

     Gak harus roti kok. 

     Buat campuran telur dadar juga ok, mengembang, ada crust nya, kerak, berongga, kenyal, asam, asin, mirip roti tawar keju, eh...

     Enak, bagiku.

     :)








    Telur dadar pun bisa jadi kayak roti, :)







    0

    Add a comment

  10.  Lagu ini sangat cocok untuk latihan Open Handed Drumming Style

     :)




    0

    Add a comment

Archive
Label
Popular Posts
Popular Posts
Loading