.
Jalan kaki dari Atma Jaya ke Ambarrukmo, heheh...
A photo posted by Aravir Rose (@nugnux) on Jun 16, 2015 at 3:26am PDT
.
Tak ingin tahu detail pembunuhannya.
Tak ingin tahu perlakuan apa saja yang dialami sebelum dibunuh.
Tak ingin baca berita itu lagi. Trauma tau!!!
Tak bisakah berita itu tidak dimasukkan berita utama? Mungkin tidak karena itu adalah "berita heboh", tak peduli bahwa berita kekerasan itu dapat diakses siapapun, bahkan anak SD.
Memangnya bagaimana perasaanmu jika anak atau saudaramu yang digitukan, dan beritanya muncul berulang-ulang. Wajahnya muncul di hadapanmu berkali-kali.
Tak bisakah membuat kolom khusus kriminalitas? Atau sekalian kolom perkosaan? Atau sekalian kolom pelecehan seksual dan pembunuhan, sepertinya berita-berita jenis ini banyak sekali, lebih banyak dari yang lainnya. Kolom yang diberi batasan umur bagi pengakses.
No, sepertinya rating lebih penting.
(Sepertinya sindiran Steve Vai berpuluh tahun yang lalu masih berlaku.)
Kecelakaan besar terjadi di Sentul beberapa hari yang lalu.
Dan debat pun muncul di mana-mana, youtube, forum-forum, kolom komentar. Debat tentang siapa yang sebenarnya salah.
Susah dicari,
banyak bukti di dua sisi,
di era informasi, justru sulit cari informasi.
Kita akan sulit memastikan bahwa, misal, sebuah makanan itu berbahaya tuk kesehatan. Kita akan mendapatkan makanan tersebut baik tuk kesehatan di sebuah situs, namun ketika lihat laman lain, kita akan melihat bahwa makanan tersebut harus dihindari. Itu dalam satu kajian, dari sisi kesehatan. Lebih seru lagi jika dilihat dari sisi religius misalnya. Akan ada perang kitab di forum tentang boleh tidaknya dimakan. Lha treus kesimpulannya apa? Sehatkah? Bolehkah dimakan?
Ayah datang.
"Ayah, ... mas Yayan sudah mandi"
"Wah, pinternya" (dia jarang mau mandi sore)
Ibuk dan adek berangkat ke acara DasaWisma
"Ayah, mandi lagi"
"Lha kenapa?"
"Nyuci Truk"
Dan jadilah mas Yayan mandi lagi satu jam sampai ibuk dan adek pulang, :)
Jam lima adik kinan bangun
Main sama ayah, ibuk masak
Jam enam mas Yayan bangun, minta antar ke budhe. Sambil bawa tas Thomas berisi kotak susu, dot, jalan kereta api dan puluhan mobil, minus satu sedan favorit yang selalu dia pegang tiap ke rumah budhe yang ngasuh dia sama adek pas ayah ibuk kerja.
"Lho, ayah sama ibuk ndak kerja, main sama mas Yayan sama dik Kinan"
Dan mas Yayan nyengir lebar, gak jadi bangun, kembali ke kasur, senam ulat, menggeliat-geliat.
The problem with the previous code is the phase, and it didn’t arise until we applied it on some ‘real’ hardware.
Some hardware, like motor DC, need a signal with fixed phase, even the frequency’s changed.
The previous code have the ‘center of wave’ that change according to OCR0A value. It’ll move forward on the small OCR0A value and vice versa. On application using LED, it’s enough, since the device ignore the phase.
Now , how to set the duty cycle?
Uh, what’s duty cycle?
Well, our previous program have the LED output turned on and off with certain frequency. Of course.
But, how about set it up, so it will turn on for 1 ms and then turn off 0.5 ms, on 1 ms, off 0.5 ms and so on. Thus, the duration of high and low is different, that’s duty cycle, as far as I know, :)