May
29
Kadang datang secara tak disangka.
Tak hanya pencerahan relijius seperti Sakti dari Sheila on 7 yang tiba-tiba 'terbangun' saat baca buku "Menjemput Sakaratul Maut ...." di bandara dan majalah Mati Suri di rumah sakit. Kini dia bernama Salman Al Jugjawy.
Saya mengalami pencerahan secara musikal, beberapa kali.
Saya termasuk telat belajar alat musik. Memiliki gitar di akhir kelas satu SMP. Awalnya belajar lagu standart Koes Plus, Iwan Fals. Dangdut populer, belajar karena ikut ekstrakurikuler band musik, manggung di tempat-tempat yang menginginkan lagu dangdut. Tembang kenangan malam-malam di radio.
Saat SMU saya "Naik tingkat". Boomerang, Jamrud, Padi, Dewa19, Sheila On 7, Slank dan musik-musik populer di radio jadi sasaran.
Lagi,di akhir SMU mengenal underground music. Pernah sampai diusir yang punya "studio" karena "gak niat", "ngrusak drum", "bikin sakit kuping", "liriknya gak bisa didengarkan", "bahasa apa itu?". Cuma lagu Derek yang easy listening, yang kedua adalah Bendera Kuning (kayak gitu easy listening? Yup, dibanding yang lain, ;) )
Sound gitar suka yang berdistorsi full, masuk akal memang. Efek gitar lebih suka semacam Metal Zone. Semakin djent djent djent semakin keren. Sangat anti dengan efek Overdrive . Tone harus se-treble mungkin. Dan sering frustrasi karena tidak dapat distorsi seperti di fantasi. Paling sulit meniru Eros, ada distorsi tapi nada individual tetap terdengar.
Dan pencerahan itu datang.